Sunday, February 27, 2011

Pijat dapat mengurangi bayi stress


Bayi atau anak-anak yang secara berkala dipijat orangtuanya mempunyai kadar kecemasan dan hormon stress yang rendah. Studi di Touch research institute, university of Miami school of medicine, AS. Mengungkapkan terapi sentuhan akan menurunkan kadar hormon stress kortisol dan sebaliknya meningkatkan kadar serotonin dan dopamine yang berperan dalam menciptakan rasa nyaman. Pijatan juga diketahui dapat merperbaiki kualitas tidur bayi dengan cara menenangkan system syaraf.
Dijelaskan penulis buku the happy child, linda blair yang juga ahli psikologi klinis, pijat memiliki efek pada system limbic di otak di mana tersimpan emosi-emosi positif. Sentuhan yang rutin dilakukan itu akan menguatkan perasaan positif pada bayi. Ini memberikan rasa aman pada bayi sehingga ia akan memiliki daya hidup lebih baik.
Meski demikian ada wktu-waktu tertentu bayi sebaiknya tidak dipijat, misalnya bila bayi sedang mengalami demam, muncul ruam-ruam pada kulit tubuhnya atau sedang mengalami maslah pada persendian. Bayi atau anak yang baru saja diimunisasi juga tidak boleh dipijat.
Bagi orangtua proses memijat membuat anda lebih bias memahami si kecil sehingga mampu memberikan respon cepat pada terhadap apa saja yang diperlukan anak. Sebuah studi di queen charlotte & Chelsea hospital di London menyatakan pijat bayi membuat orangtua lebih percaya diri atas kemampuan asuh mereka. pijat juga membantu ibu lebih cepat pulih dari depresi setelah melahirkan.

Saturday, February 19, 2011

Jangkrik Pemakan Daging dari Zaman Dinosaurus


Sebuah fosil serangga predator dari zaman dinosaurus baru-baru ini ditemukan di lapisan kapur yang terletak di wilayah utara Brazil. Serangga ini adalah serangga karnivora pemakan daging yang berasal dari 100 juta tahun silam.

Nenek moyang jangkrik itu hidup di periode Cretaceous, sesaat sebelum superbenua Gondwana (superbenua yang mencakup benua Afrika, Amerika Selatan, Australia, India, Arab, dan Antartika saat ini) terpecah.

Seperti dikutip dari situs LiveScience, ia berasal dari genus Schizodactylus atau jangkrik berkaki miring. Genus Schizodactylus mencakup jangkrik yang ada saat ini, belalang, serta binatang bernama katydid.

“Nama ini mereka dapatkan sesuai dengan kaki yang mereka miliki yang membuat mereka bisa melenting dan menyokong tubuh mereka di habitat berpasir untuk memburu mangsa mereka,” kata Sam Heads, Ketua peneliti yang menemukan fosil ini.

Saat berburu, kata Heads, spesies ini sebenarnya tak menggunakan strategi khusus. Serangga bertubuh tambun ini keluar malam hari menyisir habitat mereka untuk mencari mangsa. “Mereka bisa bergerak dengan cepat bila diperlukan… dan mereka cukup rakus,” ujar Sam yang berasal dari University Illinois itu.

Setidaknya, ia memiliki perbedaan dengan jangkrik yang ada saat ini. Dengan panjang sekitar 6 cm dari kepala hingga ke bagian belakang tubuhnya, ia memiliki postur yang agak aneh.

Antenanya lebih panjang dari tubuhnya. Jangkrik ini juga memiliki sayap yang tergulung dan kaki yang tajam seperti sepatu salju. Menurut Heads, ini untuk mendukungnya tetap bisa menjejak di daerah berpasir.

Namun, jangkrik yang sangat agresif ini tak bisa terbang walaupun memiliki sayap. Sayapnya, kata Heads biasanya hanya bisa dimekarkan saat diperlukan. Secara umum, kata Heads, jangkrik ini tidak begitu banyak mengalami evolusi atau mengalami periode ‘evolutionary stasis’ selama paling tidak 100 juta tahun.
Artis Panas Disini

Sunday, February 6, 2011

PayBox

PayBox